Inflasi Terus Melejit, Ekonomi Jepang Kian Tertekan

IDXChannel – Inflasi yang teus melejit membuat perekonomian Jepang kian mengalami tekanan. Apalagi, dari data terbaru menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) masih menunjukkan tren kenaikkan dan melampaui target bank sentral.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (18/8/2022), harga konsumen diperkirakan naik hingga mencapai 2,4% pada Juli, ini belum termasuk harga makanan segar. Angka tersebut meningkat bila dibandingkan bulan lalu di angka 2,2%.

Kenaikan inflasi Jepang ini semakin jauh dari usaha Gubernur Haruhiko Kuroda yang tengah mempertahankan suku bunga terendah, demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Kuroda masih berkeras melancarkan stimulus untuk memulihkan perekonomian.

Namun dengan laju kenaikan harga saat ini, nampaknya sulit untuk mempertahankan usaha Kuroda ini.

Kuroda beranggapan inflasi saat ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas yang bersifat sementara. Padahal para bank sentral di seluruh dunia berlomba menaikkan suku bunga untuk mengendalikan pertumbuhan harga.

“Sementara dampak harga energi akan mencapai puncaknya pada Juli atau Agustus, langkah untuk membebankan biaya bahan baku kepada konsumen jelas meningkat,” kata kepala ekonom di Itochu Research Institute, Atsushi Takeda.

Atsushi menilai Bank of Japan (BOJ) mungkin tidak langsung menunjukkan kebijakannya, tetapi mereka akan segera melihat bahwa kondisi saat ini bukan hanya dorongan energi sementara.

Para ekonom pun banyak merevisi perkiraan inflasi mereka, seperti Citigroup dan SMBC Nikko yang memperkirakan indeks harga konsumen dapat naik hingga 3% atau bahkan lebih di tahun 2022 ini. Faktor tambahan lainnya yang berpotensi mendorong inflasi ialah dampak biaya seluler yang lebih murah di bulan Agustus dan Oktober.  

Meski begitu, Citigroup sendiri menilai bahwa inflasi yang tinggi saat ini tidak cukup mendorong BOJ untuk segera membuat perubahan kebijakan. 

Tetapi para ekonom memperkirakan pertumbuhan harga, yang terpisah dari dampak energi dan makanan segar, masih berada di angka 1,1% pada Juli, memberikan kepercayaan pada argumen bank sentral bahwa sebagian besar kenaikan masih didorong oleh energi. 

“Kami sebenarnya berada di ambang periode inflasi normal. Jika prospek harga, terutama untuk inflasi inti-inti, lebih tinggi dalam laporan Oktober, itu akan menjadi tanda bahwa pemikiran BOJ mungkin berubah.” jelas Takeda dari Itochu Corporation melalui Bloomberg, Kamis (18/8/2022)

Takeda menyarankan agar BOJ segera melakukan pertemuan pada Oktober mendatang, untuk membuat perubahan kebijakan dan juga mengubah pandangannya untuk memperbarui perkiraan harga selanjutnya. (TYO/RIBKA)

www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com