Untung Rugi <i>Cash is The King</i> Bagi Perekonomian RI

Jakarta, CNN Indonesia

Ekonom beranggapan fenomena cash is the king berpotensi membuat ekonomi Indonesia melemah. Hal itu sejalan dengan pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memasukkan fenomena ini sebagai ancaman.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memasukkan fenomena cash is the king sebagai satu dari lima persoalan ekonomi Indonesia yang perlu diwaspadai tahun depan.

Menurut Ekonom sekaligus Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social Economics and Digital (ISED) Ryan Kiryanto, akar fenomena cash is the king adalah kekhawatiran akan reflasi alias resesi ekonomi yang disertai inflasi tinggi.

“Dalam situasi kondisi seperti ini, bank sentral condong menaikkan suku bunga acuan sehingga mendorong bank-bank menaikkan bunga simpanan dan kredit yang berdampak pemilik dana menahan atau menunda konsumsi,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/12).

Cash is the king dipandang sebagai kecenderungan seseorang untuk menyimpan uang atau memegang uang tunai, tetapi tidak dibelanjakan.

Ryan melihat ada beberapa ancaman nyata fenomena cash is the king. Hal paling mencolok adalah perekonomian yang melambat dan akan menjalar ke beberapa sektor lain.

[Gambas:Video CNN]

“Ekonomi melemah diikuti inflasi yang melandai. Tentu cash is the king tidak baik bagi perekonomian nasional karena ekonomi jadi melambat, pabrik mengurangi pegawai, perusahaan melakukan PHK, dan seterusnya,” paparnya.

Di lain sisi, Perencana Keuangan Advisor Alliance Group (AAG) Indonesia Dandy berkata kemungkinan resesi bisa berpengaruh pada market.

Ia menuturkan untuk siap-siap menghadapi situasi tersebut, lebih baik jangan terlalu rakus dalam mengambil keputusan, termasuk memilih instrumen investasi.

Menurut Dandy, uang tunai bisa menjadi pilihan. Sebab, uang kontan merupakan instrumen investasi jangka panjang yang tidak akan terlalu terpengaruh saat resesi.

“Karena cash sudah pasti uang nggak akan ke mana-mana dan bisa di siapkan saat resesi benar terjadi,” ungkapnya.

Selain fenomena cash is the king, BI menyebut ada empat risiko lainnya yang harus diwaspadai pada 2023. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang menurun bahkan risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kedua, tingkat inflasi yang tinggi di berbagai negara. Ketiga, kenaikan suku bunga bank sentral AS The Fed dan bank sentral negara maju lainnya yang diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.

Keempat, berkaitan dengan penguatan mata uang dolar AS yang begitu kuat, sehingga memberikan tekanan pelemahan pada berbagai mata uang, termasuk rupiah,” ujar Perry dalam Siniar Prospek Perekonomian dan Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2023, Jumat (2/12).

(skt/agt)


www.cnnindonesia.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.cnnindonesia.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com