Survei: 65 Persen Orang AS Pikir Sedang Berada dalam Resesi

Jakarta, CNN Indonesia

Tak peduli perdebatan mengenai resesi ekonomi yang dialami Amerika Serikat (AS) terjadi pada tahun ini atau tahun depan, faktanya banyak warga sudah merasa berada dalam jurang resesi.

Banyak warga Amerika yang mengeluhkan kenaikan harga-harga barang. Mereka juga mengaku lebih sulit membayar tagihan atau cicilan bulanan. Kepercayaan konsumen pun rendah.

Jajak pendapat Morning Consult/Politico mengungkap bahwa 65 responden AS berpikir sedang dalam periode resesi pada pertengahan Juli. Angkanya jauh meningkat dibandingkan 51 persen pada Maret 2020 lalu ketika wabah covid-19 merebak.

Survei Boston Consulting Group juga melansir 80 persen investor sudah mengantisipasi resesi AS yang akan dimulai dalam 12 bulan ke depan. Lebih dari setengahnya bahkan memprediksi resesi akan terjadi sebelum akhir tahun ini.

“Orang-orang mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menghadapi kenyataan bahwa ‘kita sudah berada dalam resesi saat ini’ atau kemungkinan besar akan segera mengalaminya,” terang Direktur Asosiasi Boston Consulting Group, seperti dilansir CNN Business, Rabu (27/6).

Apalagi, perlu diingat The Fed, bank sentral AS berupaya memerangi lonjakan inflasi dengan kebijakan pengetatan moneter yang agresif yang diyakini banyak pihak akan menghancurkan pertumbuhan ekonomi.

“Resesi membayangi pasar. Tetapi dalam beberapa hal, satu-satunya jalan keluar dari lonjakan inflasi ini adalah bank sentral sendiri yang memicu resesinya,” ujar Kepala Strategi Pasar Global Natixis Investment Managers Solutions Mabrouk Chetouane.

Diketahui, ekonomi AS menyusut jadi 1,6 persen pada kuartal pertama dan investor tengah harap-harap cemas menanti rilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS apakah akan kembali terkontraksi pada kuartal kedua ini.

Sebelumnya, IMF memperingatkan AS bahwa peluangnya tipis untuk menghindari ancaman resesi ekonomi. “Ini jalan yang sangat sempit,” ujar Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas.

Dalam proyeksi terbarunya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,3 persen tahun ini dan hanya 1 persen pada tahun depan.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi dipicu oleh lonjakan inflasi Negeri Paman Sam yang tembus 9,1 persen per Juni.

Realisasi inflasi itu merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Untuk meredakan inflasi, bank sentral AS menaikkan suku bunga secara agresif. Tapi, kebijakan itu justru memperlambat aktivitas ekonomi.

[Gambas:Video CNN]

(bir/sfr)


www.cnnindonesia.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.cnnindonesia.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com