Jakarta, CNN Indonesia —
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan pajak hingga Oktober 2024 mencapai Rp1.517,53 triliun atau 76,30 persen dari target APBN 2024.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu melaporkan angka tersebut mengalami perbaikan dalam empat bulan terakhir dan diproyeksi berlanjut hingga akhir tahun.
“Penerimaan pajak sampai dengan bulan Oktober itu 76,3 persen. Jadi nanti kami akan memantau, memastikan bahwa proyeksi sampai akhir tahun ini minimal mendekati dari target di APBN,” ujar Anggito dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (13/11).
Berdasarkan paparannya, penerimaan pada Juli tercatat sebesar Rp151,5 triliun atau tumbuh 9,0 persen, kemudian turun menjadi Rp151,2 triliun pada Agustus atau tumbuh 9,7 persen, kemudian naik menjadi Rp158,3 triliun pada September atau tumbuh 12,4 persen, dan pada Oktober Rp162,7 triliun atau tumbuh 19,6 persen.
Secara rinci, penerimaan pajak melalui pajak penghasilan (PPh) non migas tercatat mencapai Rp810,76 triliun atau 76,24 persen dari target APBN.
Kemudian, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) tercatat sebesar Rp620,42 triliun atau 76,47 persen dari pagu.
Lebih lanjut pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak lainnya tercatat sebesar Rp32,65 triliun atau 86,52 persen dari target pagu, sementara PPh migas tercatat Rp53,70 triliun atau 70,31 persen dari pagu.
“Kalau melihat tren year on year dibandingkan dengan akhir tahun menunjukkan bahwa dalam 3-4 bulan terakhir ini kondisinya sangat positif membaik. Artinya tren untuk bisa mencapai target akhir tahun itu memang sejalan dengan denyut dari perekonomian,” jelasnya.
Dalam kesempatan sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terjaga sangat baik meski melambat ke 4,95 persen pada kuartal III 2024.
“Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak kuartal III 2024 pas pandemi kita relatif tetap bisa menjaga perekonomian kita tumbuh di sekitar 5 persen. Ini adalah sesuai yang tidak mudah karena periode 2021-2024 itu bukan periode yang tenang,” ujar wanita yang akrab disapa Ani itu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakpastian ekonomi global menurutnya termasuk kenaikan suku bunga yang sangat tinggi. Dirinya berkata kenaikan suku bunga yang sangat cepat belum pernah terjadi sejak 40 tahun silam.
“Jadi dalam situasi ini Indonesia masih bisa terjaga inflasi tinggi di negara-negara maju dengan interest rate yang tinggi higher for longer. Namun kita tetap bisa menjadi 5 persen, itu adalah sesuatu kinerja yang relatif baik,” tutur Ani.
[Gambas:Video CNN]
(del/sfr)
www.cnnindonesia.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli
Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.cnnindonesia.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com