IDXChannel – Dua isu penting, yakni insiden penembakan mantan presiden Amerika Serikat (AS) dan data terbaru ekonomi China, memengaruhi pergerakan pasar di awal pekan ini, Senin (15/7/2024).
Data terbaru melaporkan, perekonomian China tumbuh 4,7 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal kedua 2024, meleset dari perkiraan pasar sebesar 5,1 persen dan melambat dari pertumbuhan 5,3 persen pada periode sebelumnya.
Ini merupakan kenaikan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah berlanjutnya penurunan sektor properti, lemahnya permintaan domestik, jatuhnya yuan, dan perselisihan perdagangan dengan negara-negara Barat.
Di China, selain pertumbuhan ekonomi yang lemah, Bank Rakyat China (PBoC) dilaporkan kembali meluncurkan total CNY100 miliar melalui fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun kepada lembaga-lembaga keuangan sambil mempertahankan suku bunga pada 2,50 persen seperti yang diharapkan pasar, di tengah upaya bank sentral untuk menstabilkan yuan.
Pelemahan mata uang tetap menjadi kendala utama yang membatasi upaya pelonggaran moneter Beijing, karena hal ini dapat semakin memperlebar kesenjangan imbal hasil (yield gap) dengan negara-negara besar lainnya.
Dengan pinjaman MLF senilai CNY103 miliar yang akan berakhir bulan ini, bank sentral menguras uang tunai bersih sebesar CNY3 miliar dari sistem perbankan.
PBoC juga menyuntikkan CNY129 miliar melalui operasi pembelian kembali tujuh hari dan mempertahankan suku bunga tujuh hari stabil di 1,8 persen.
Di samping itu, pasar bereaksi terhadap upaya pembunuhan mantan Presiden Donald Trump pada akhir pekan. Kondisi ini dikhawatirkan investor dapat berdampak buruk pada lanskap politik AS.
Serangan itu menyebabkan satu peserta kampanye dan pria bersenjata tewas, dan dua peserta lainnya dalam kondisi kritis, sementara Trump terkena peluru.
Para investor kini khawatir bahwa kekerasan lebih lanjut dapat memicu ketidakstabilan politik dan ketidakstabilan pasar, meskipun para analis berpendapat bahwa serangan tersebut meningkatkan peluang Trump untuk merebut kembali Gedung Putih pada November mendatang.
Dampaknya ke Indonesia
Gonjang ganjing ekonomi dan politik di dua negara adidaya yakni AS dan China bisa berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Lemahnya perekonomian China akan berdampak pada sektor riil di Tanah Air, mengingat negara Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Sementara gejolak politik yang terjadi di AS bisa membuat kinerja dolar menguat dan membebani mata uang sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Indeks dolar menguat 0,11 persen di level 104,2 pada perdagangan Senin (15/7/2024) pasca insiden penembakan Trump. Seiring kenaikan dolar AS, rupiah dibuka melemah 0,2 persen di level Rp16.164 per USD setelah sebelumnya menguat.
Lesunya ekonomi China semakin membuat pasar khawatir akan prospek pemulihan ekonomi negara tersebut. Diketahui China masih menjadi salah satu negara tujuan ekspor Indonesia.
Indonesia mencatatkan ekspor nonmigas ke China mencapai USD 4,65 miliar per Juni 2024, menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/7). Angka ini menurun 1,72 persen secara bulanan (month to month) dan tergerus 9,72 persen secara kuartalan. Meskipun secara tahunan nilai ekspor ini masih menguat 1,46 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sepanjang Januari hingga Juni 2024, China juga tetap merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan nilai ekspor tercatat USD27 miliar (23,06 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD12,19 miliar (10,40 persen), dan India USD10,69 miliar (9,12 persen).
Menurut catatan BPS, komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, dan nikel dan barang daripadanya.
Tak hanya ekspor, RI juga bergantung pada suplai dari China terhadap sejumlah barang-barang impor.
Total nilai impor nonmigas per Juni 2024 mencapai USD11,82 miliar atau turun USD1,28 miliar (9,79 persen) dibandingkan Mei 2024.
www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli
Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com