loading…
Bank Dunia memperingatkan, bahwa biaya pembayaran utang di negara-negara termiskin di dunia bakal melonjak mendekati level krisis seiring dengan tren suku bunga tinggi menekan ekonomi yang sudah rapuh. Foto/Dok
Hal tersebut karena pembayaran obligasi yang sudah jatuh tempo dan dampak dari suku bunga yang lebih tinggi, menurut perhitungan dari bank dunia dalam laporan utang terbarunya. Kenaikannya hampir setara 40% selama dua tahun terakhir.
“Rekor tingkat utang dan suku bunga tinggi telah membuat banyak negara berada di jalur menuju krisis,” kata Kepala ekonom Bank Dunia, Indermit Gill.
“Setiap kuartal, suku bunga yang tetap tinggi membuat lebih banyak negara berkembang menjadi tertekan – dan menghadapi pilihan sulit untuk membayar utang publik mereka atau berinvestasi dalam sektor kesehatan masyarakat, pendidikan, dan infrastruktur,” sambungnya.
Pasar obligasi hanya sebagian yang pulih dari aksi jual tajam yang membawa imbal hasil Treasury acuan ke level tertinggi 16 tahun pada Oktober. Efeknya membuat sekitar satu dari empat negara berkembang dalam posisi kesulitan utang.
“Bagi negara-negara miskin, utang telah menjadi beban yang hampir melumpuhkan,” kata Gill.
Dia menambahkan, bahwa kenaikan biaya pinjaman merupakan bahaya besar bagi prospek kemajuan tujuan pembangunan global PBB. Kondisi tersebut membutuhkan tindakan cepat dan terkoordinasi oleh pemerintah debitur, kreditor swasta dan resmi serta lembaga keuangan multilateral.
Dalam tiga tahun terakhir saja, ada 18 default berdaulat di 10 negara berkembang termasuk negara-negara seperti Zambia, Sri Lanka dan Ghana – lebih besar dari jumlah yang tercatat dalam dua dekade sebelumnya, menurut Bank Dunia.
ekbis.sindonews.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli
Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh ekbis.sindonews.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com