Harga Rumah Global Diprediksi Pulih pada 2024, Indonesia Bagaimana?

IDXChannel – Harga rumah global diproyeksi kembali pulih di 2024 seiring prediksi para ekonom yang optimis dengan outlook terbaru.

Menurut analisis Financial Times terhadap data OECD, Senin (26/2/2024), anjloknya harga rumah global yang melanda negara-negara maju sebagian besar telah mereda.

Para ekonom memperkirakan bahwa penurunan properti terdalam dalam satu dekade telah mencapai titik balik.

Di 37 negara industri OECD, harga rumah nominal tumbuh 2,1 persen pada kuartal ketiga 2023 dibandingkan tiga bulan sebelumnya.

“Data terbaru menunjukkan bahwa penurunan harga rumah kini telah mencapai titik terendah di sebagian besar negara. Saya pikir kita telah mengalami koreksi harga rumah yang akan kita dapatkan,” kata Andrew Wishart, ekonom properti senior di Capital Economics.

Sebagai gambaran, harga rumah di banyak negara maju terpukul pada akhir tahun 2022 setelah bank sentral di sebagian besar negara menaikkan suku bunga pada laju tercepat dalam beberapa dekade untuk mengendalikan inflasi.

Di negara-negara OECD, harga rumah hanya tumbuh sebesar 0,6 persen secara kuartal ke kuartal pada akhir 2022, yang merupakan tingkat nominal terendah sejak 2012.

Namun, penurunan tersebut telah mereda atau bahkan berbalik arah di banyak negara karena ekspektasi bahwa bank sentral akan memotong biaya pinjaman tahun ini telah membantu penurunan suku bunga hipotek.

Lesunya penjualan properti juga membantu menopang valuasi dan harga riil di seluruh negara OECD kembali tumbuh pada kuartal terakhir.

Harga rumah kemungkinan akan terus turun di beberapa negara seperti Jerman, Denmark dan Swedia, yang memiliki pasar sewa yang lebih besar.

Sementara sektor properti di Jerman mengalami kontraksi tahunan sebesar 10,2 pada tahun lalu, yang merupakan kontraksi terburuk di antara perekonomian Uni Eropa, kecuali Luksemburg.

Di Australia dan Selandia Baru, harga rumah kembali naik, sementara di Korea harga rumah kembali stabil setelah mencapai titik terendah pada pertengahan 2023.

Di Uni Eropa, harga rumah naik pada tingkat nominal sebesar 0,8 persen secara kuartalan dalam tiga bulan hingga September, membalikkan penurunan yang terlihat pada awal tahun, menurut data Eurostat.

“Kami percaya bahwa koreksi harga perumahan di Eropa belum berakhir, namun kami mungkin telah melihat kondisi terburuknya,” kata Sylvain Broyer, kepala ekonom EMEA di S&P Global Ratings.

Dia memperkirakan koreksi harga akan terus berlanjut di beberapa negara, karena kondisi pembayaran hipotek yang tinggi dan mahalnya biaya pembangunan segera menurun.

Namun di beberapa negara di luar OECD, gambarannya berbeda. Di China sedang mengalami penurunan harga perumahan yang parah. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings bahkan memperkirakan harga rumah akan terus turun selama dua tahun ke depan, menyusul kontraksi harga sebesar 7 persen selama dua tahun terakhir.

Indonesia Bagaimana?

Bank Indonesia (BI) melaporkan, harga properti residensial di Indonesia naik sebesar 1,74 persen tahun-ke-tahun selama kuartal keempat tahun 2023, menyusul kenaikan sebesar 1,96 persen pada periode sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)

Ini menandai laju pertumbuhan paling lambat sejak kuartal kedua tahun 2022 karena kenaikan biaya bahan bangunan yang lebih rendah.

Harga rumah besar melambat jadi 1,58 persen di banding 1,7 persen di Triwulan ke-3 dan properti menengah melambat 1,87 persen dibanding kenaikan 2,44 persen.

Sementara harga rumah kecil sedikit meningkat 2,15 persen di banding 2,11 persen. Di antara kota-kota lain, kenaikan harga paling kecil terjadi di Banjarmasin (0,70 persen), Denpasar (0,43 persen), Pekanbaru (0,33 persen), dan Manado (0,32 persen).

Sedangkan, data BI juga menunjukkan penjualan properti residensial tumbuh sebesar 3,27 persen yoy pada kuartal keempat tahun 2023. Angka ini rebound dari penurunan sebesar 6,59 persen pada kuartal ketiga.

BI juga melaporkan kredit perbankan pada Januari 2024 tumbuh 11,5 persen secara tahunan (yoy) atau mencapai Rp 7.009,9 triliun. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2023, sebesar 10,38 persen.

Menurut BI, berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit pada Januari 2024 dipengaruhi oleh perkembangan Kredit Modal Kerja (KMK), kredit investasi, maupun kredit konsumsi.

KMK pada Januari 2024 tumbuh 12,2 persen yoy, lebih baik dari Desember 2023 yang hanya tumbuh 10,7 persen yang digunakan untuk real estat dan jasa perusahaan.

Sementara itu, kredit konsumsi (KK) tumbuh sebesar 9,5 persen yoy terdorong oleh KPR dan kredit kendaraan bermotor serta kredit multiguna.

Melansir survei Knight Frank Indonesia, prediksi pertumbuhan properti tahun ini diwarnai dengan asumsi tetap akan tumbuh, berdasarkan asumsi dari para pemangku kepentingan.

Sebagian besar para pemangku kepentingan (67 persen) optimis bahwa sektor properti akan mampu menjawab tantangan ekonomi di tahun 2024.

Sementara itu, insentif PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah dinilai memberi dampak positif dalam pertumbuhan properti dengan setidaknya 73 persen menyatakan hal tersebut.

Subsektor residential (rumah tapak) diperkirakan akan terus tumbuh walaupun ada kekhawatiran terhadap suku bunga.

“Sebaran perkembangan tren dari subsektor properti yang kami temukan yakni Rumah Tapak, Industri dan Pergudangan akan meningkat, Ritel dan Hotel akan stabil dan Apartemen Strata, Resor Vila dan Perkantoran akan stagnan,”ujar Knight Frank Indonesia dalam rilisnya. (ADF)

www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com