Ekonom Proyeksi Kenaikan Suku Bunga BI Hingga Semester I 2023

Jakarta, CNN Indonesia

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan terus menaikkan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) hingga semester I 2023.

Ia memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi di level 5,50 persen hingga akhir tahun dan kemungkinan naik lagi ke level 5,75 persen pada semester I 2023.

“Karena tekanan datang dari sisi eksternal dan domestik, kami percaya BI melanjutkan kenaikan BI-7DRRR untuk menjamin stabilitas,” kata Faisal melalui keterangan resmi, Jumat (18/11).

Menurutnya, BI akan terus mengerek suku bunga sebagai langkah front-loaded, tindakan pre-emptive, dan berwawasan ke depan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan ekspektasi inflasi di tengah tekanan global maupun domestik.

Apalagi, Indonesia masih dibayangi ketidakpastian di pasar keuangan global yang dapat membuat permodalan arus keluar, yang berisiko terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan tekanan inflasi impor.

Selain itu, tingkat inflasi RI pada Oktober 2022 masih di level 5,71 persen (yoy). BI memperkirakan tingkat inflasi umum akan mencapai sekitar 5,6 persen dengan inflasi inti di 3,5 persen pada akhir 2022.

“Dari sisi domestik, kita terus berharap tingkat inflasi berada sekitar 5-6 persen yoy, setidaknya sampai semester I 2023,” kata Faisal.

Sementara itu, Ekonom Indef Nailul Huda memprediksi BI akan terus mengerek suku bunga acuan hingga menyentuh level 6 persen pada tahun depan.

Menurut Nailul, hal ini dilakukan BI untuk mengendalikan inflasi yang saat ini masih cukup tinggi. Ia menyebutkan inflasi RI yang mencapai 5,71 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target di APBN.

“Dengan kenaikan suku bunga acuan, harapannya adalah bisa menahan laju inflasi,” imbuh dia.

Selain itu, tindakan BI dalam menaikkan suku bunga juga sebagai respons terhadap bank sentral AS (The Fed) yang agresif menaikkan tingkat suku bunga acuan. Hal ini dinilai telah memicu bank sentral negara lain untuk menaikkan suku bunga juga, termasuk BI.

Menurut dia, respons BI terhadap The Fed adalah untuk menjaga nilai tukar agar tidak jatuh lebih dalam.

Meski, kebijakan BI bukan tanpa risiko. Kenaikan suku bunga menjadi biaya investasi akan semakin mahal yang pada akhirnya berdampak ke perekonomian.

Konsekuensinya, perusahaan akan menahan investasi. Bahkan, kemungkinan mengurangi produksi.

“Dampaknya adalah pengurangan tenaga kerja. Makanya banyak perusahaan melakukan PHK, termasuk di AS sendiri PHK besar-besaran juga,” terang Nailul.

Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 16-17 November 2022, BI memutuskan menaikkan BI-7DRRR sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen.

“Keputusan ini sebagai langkah lanjutan secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

[Gambas:Video CNN]

(mrh/bir)


www.cnnindonesia.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.cnnindonesia.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com