IDXChannel – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (5/9/2023), turun 30 poin di level Rp15.270/USD dari penutupan sebelumnya di Rp15.240/USD.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, berucap dolar AS terpengaruh oleh ekspektasi The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama telah membatasi minat investor terhadap emas, dengan indikator tenaga kerja dan inflasi baru-baru ini menunjukkan bahwa bank sentral masih perlu mempertahankan kebijakan yang ketat dalam jangka pendek.
“Pasar kini fokus pada sejumlah pembicara The Fed pada minggu ini, yang diperkirakan akan menawarkan lebih banyak isyarat mengenai kebijakan moneter sebelum keputusan suku bunga akhir bulan ini. Presiden Fed Dallas Lorie Logan akan berbicara pada hari Rabu, diikuti oleh Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee pada hari Kamis. Anggota komite pasar terbuka Fed John Williams dan Michelle Bowman juga akan berbicara pada hari Kamis,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Selasa (5/9/2023).
Meskipun serangkaian data ekonomi yang lemah meningkatkan harapan bahwa The Fed memiliki ruang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga, bank sentral masih diperkirakan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, mengingat tanda-tanda inflasi yang kaku dan aktivitas pasar tenaga kerja yang stabil baru-baru ini.
Di Asia, Indeks manajer pembelian (PMI) sektor jasa Tiongkok tumbuh pada laju paling lambat dalam delapan bulan. Angka tersebut menunjukkan bahwa eksportir khususnya menghadapi tantangan baru akibat melambatnya permintaan luar negeri.
Penurunan yang lebih besar pada yuan agak berkurang karena penetapan titik tengah harian Bank Rakyat yang lebih kuat dari perkiraan, yang menandakan meningkatnya ketidaknyamanan terhadap pelemahan mata uang China, walaupun ada intervensi pemerintah, mengingat bahwa Beijing juga masih konservatif dalam meluncurkan langkah-langkah stimulus baru untuk mendukung pemulihan ekonomi yang melambat.
Dari sisi internal, Lembaga pemeringkat Fitch Kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 1 September 2023.
Keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang rendah.
“Disisi lain, Fitch melihat masih ada sejumlah tantangan yang perlu direspon, yaitu penerimaan pemerintah yang masih rendah serta beberapa indikator struktural termasuk indikator tata kelola yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada peringkat yang sama,” ungkap Ibrahim.
Kemudian, sejumlah indikator seperti transaksi berjalan menunjukkan perbaikan dibandingkan sebelum pandemi, meskipun akan kembali ke level normal dalam beberapa tahun ke depan, dengan asumsi bahwa penurunan harga komoditas akan berlanjut.
Pada laporannya, Fitch menilai ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023 didukung oleh konsumsi domestik yang solid, di tengah pelemahan ekspor dan eskalasi risiko dari tertahannya pemulihan ekonomi China.
Selain itu, Pemilu pada 2024 diperkirakan tidak memengaruhi investasi, bahkan belanja Pemilu partai dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam enam bulan ke depan.
www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli
Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com