Jakarta, CNN Indonesia —
Harga minyak melemah pada Selasa (16/7) pagi usai data menunjukkan pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 4,7 pada kuartal II tahun ini.
Mengutip Reuters, harga minyak jenis Brent berjangka turun 9 sen atau 0,1 persen menjadi US$84,76 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 13 sen, atau 0,2 persen menjadi US$81,78 per barel.
Analis menyebut data pertumbuhan ekonomi China tersebut memang membebani pergerakan harga minyak. Pasalnya, data pertumbuhan itu merupakan yang paling lambat sejak kuartal I 2023.
Pertumbuhan juga meleset dari perkiraan analis yang memperkirakan ekonomi China masih bisa tumbuh 5,1 persen. Pasar khawatir lemahnya pertumbuhan ekonomi China tersebut ke depan bakal mengurangi permintaan minyak dari Negeri Tirai Bambu.
Maklum, perlambatan ekonomi bisa menekan permintaan dari salah satu negara pemakai minyak terbesar dunia tersebut.
Namun beruntung, penurunan harga minyak terbendung oleh konsensus pasar bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuan mereka setelah September nanti.
Konsensus muncul setelah data inflasi di AS melandai. Pemangkasan suku bunga diharapkan bisa menurunkan biaya utang dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.
[Gambas:Video CNN]
(agt)
www.cnnindonesia.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli
Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.cnnindonesia.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com