Bos The Fed Tak Singgung Kebijakan Moneter dalam Pidato, Bawa Sinyal Dovish?

IDXChannel – Pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang ditunggu-tunggu pelaku pasar malam ini tidak memberi kejutan apapun. 

Powell tak menyinggung soal kebijakan moneter Amerika Serikat dalam konferensi peringatan 100 tahun Divisi Riset dan Statistik The Fed, Rabu, (8/11/2023).

Secara garis besar, pada pidato pertama pekan ini, Powell menekankan betapa pentingnya aktivitas riset bank sentral yang mendalam untuk mengukur model kebijakan ekonomi baru. Kegigihan dan ketekunan kerja diperlukan demi bertahan di tengah ketidakpastian global.

“Ekonomi kita (AS) bersifat fleksibel dan dinamis, dan sewaktu-waktu dapat mengalami guncangan yang tidak dapat diprediksi, seperti krisis keuangan global, hingga pandemi. Pada saat itulah kita harus berpikir di luar hal yang umum,” kata Powell dalam pidatonya, disaksikan secara langsung secara virtual, Rabu (8/11/2023).

Pernyataan Powell dinilai cukup dovish, dibuktikan dengan penguatan dolar AS (USD), hingga pergerakan bursa saham. Indeks dolar menguat terhadap Greenback atau sekeranjang mata uang kompetitornya, demikian juga tiga indeks utama Wall Street yang kompak di zona hijau.

Dari waktu ke waktu, sikap dovish The Fed dapat membebani Greenback. Ini sejatinya telah berlangsung sejak bank sentral mempertahankan suku bunganya dalam beberapa pertemuan terakhir.

Sementara The Fed tampak sedikit menyinggung aktivitas industri AS yang masih cukup kuat, sehingga memberi sinyal ketangguhan sektor manufaktur menghadapi era suku bunga saat ini .

Apa yang menjadi perhatian The Fed malam ini sejatinya tak terlepas dari komentar para pejabat terasnya beberapa waktu lalu terkait potensi pelonggaran kebijakan moneter. 

Fed Rates yang saat ini sebesar 5,25 persen-5,50 persen dinilai sudah cukup memberikan dampak terhadap inflasi, meskipun belum ada tanda-tanda bakal dikurangi basis poinnya.

Misalnya pejabat Fed wilayah Minneapolis Neel Kashkari yang sebelumnya memberikan indikasi ke arah mana The Fed akan bersandar. 

Neel berucap lebih baik melakukan pengetatan secara berlebihan daripada tidak melakukan upaya yang cukup untuk meredam inflasi, sebagaimana dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, dikutip Rabu (8/11).

Investor harus menunggu seminggu lagi untuk mengetahui seberapa kerasnya inflasi bakal menghantam Paman Sam. Indeks Harga Konsumen (CPI) periode Oktober akan dirilis Selasa depan, yang notabene data penting bagi The Fed dan pasar.

Momen inilah yang bakal membuat pejabat bank sentral perlu mengambil keputusan sulit dalam beberapa bulan mendatang. Mereka akan mewaspadai potensi dampak ekonomi jika ada pengetatan yang berlebihan.

Indikator FedWatch membaca peluang sebesar 52 persen The Fed akan mulai menurunkan suku bunga mulai Mei 2024 sebesar 25 basis poin. Secara umum, level bunga Fed saat ini diproyeksikan bakal bertahan hingga paruh pertama tahun depan.

Sementara Powell bakal menyampaikan pidatonya kembali pada Jumat (10/11/2023) dini hari waktu Indonesia. Sebelum itu terjadi, beberapa pejabat Fed juga bakal memberikan komentarnya kepada publik.

(RNA)

www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com