BI Diramal Tahan Suku Bunga saat Kinerja Rupiah Lesu

IDXChannel – Bank Indonesia (BI) diramalkan akan mempertahankan suku bunga utama di angka 5,75 persen selama sisa tahun ini, menurut jajak pendapat Reuters, Selasa (19/9/2023). Langkah BI ini disebut untuk menjaga stabilitas mata uang rupiah seiring dengan menurunnya inflasi.

Inflasi RI pada Agustus tercatat sebesar 3,27 persen masih berada di bawah kisaran target bank sentral sebesar 2-4 persen selama beberapa bulan terakhir. Namun kenaikan imbal hasil Treasury AS dan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi di China telah memberikan tekanan pada rupiah.

Rupiah pada perdagangan hari ini Selasa (19/9/2023) menguat tipis 0,058 persen di level Rp15,373 per USD. Secara year to date, Reuters mencatat rupiah sepanjang tahun ini telah mengalami penurunan 1,3 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Rupiah melemah terhadap dolar AS di tengah sikap hati-hati pasar dalam mencermati dinamika yang tengah berjalan.

Pada perdagangan Senin (18/9), rupiah melemah di posisi Rp15.371 dari sebelumnya di level Rp15.353 pada perdagangan pekan lalu.

Tak hanya itu dan aliran modal asing yang keluar (capital outflow) yang cukup deras juga semakin membebani pergerakan rupiah.

Sebanyak 31 ekonom dalam jajak pendapat Reuters pada 8-18 September memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan pada 21 September.

“Bank Indonesia lebih memilih untuk mempertahankan suku bunga sambil mempertimbangkan ketidakpastian global dibandingkan pertimbangan domestik. Jadi, meskipun inflasi masih dalam target BI, saya pikir stabilitas rupiah akan menjadi yang terpenting,” kata Radhika Rao, ekonom senior di DBS.

Radhika menambahkan, BI sedang mencoba untuk menyeimbangkan risiko stabilitas nilai tukar dengan pertimbangan dalam negeri, dan pada titik ini BI diperkirakan akan lebih condong ke arah stabilitas nilai tukar terutama karena surplus perdagangan semakin menyempit.

Sepanjang tahun ini, surplus neraca perdagangan RI terendah terjadi pada Mei lalu yang hanya mencapai USD436,5 juta.

Memasuki bulan Agustus 2023, neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,12 miliar. Secara kumulatif dari Januari – Agustus 2023, surplus neraca perdagangan mencapai USD24,34 miliar. Meski demikian, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 40 bulan berturut-turut. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di antara para ekonom yang disurvei Reuters, perkiraan tersebut tidak berubah dari jajak pendapat Agustus. Lebih dari 60 persen ekonom yakni 18 dari 28 memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga pada level 5,75 persen hingga akhir tahun.

Sembilan orang memperkirakan setidaknya ada pemotongan sebesar 25 basis poin dan satu orang memperkirakan suku bunga sebesar 6,0 persen.

Perkiraan median menunjukkan pemotongan suku bunga akan terjadi sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen pada kuartal pertama 2024.

“Kami memperkirakan BI akan mengikuti lintasan suku bunga The Fed terlebih dahulu. BI akan lebih reaktif dibandingkan proaktif dalam mengalihkan siklus penurunan suku bunga,” kata Irman Faiz, Ekonom Bank Danamon.

Sebanyak 75 basis poin penurunan suku bunga menjadi 5,00 persen diperkirakan pada akhir 2024. Angka ini lebih kecil dari prediksi penurunan 100 basis poin yang diperkirakan dalam survei sebelumnya.

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) juga diprediksi akan melanjutkan kebijakan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Kondisi ini bisa berdampak pada nilai tukar rupiah yang diperkirakan akan semakin melemah atau diperdagangkan dalam kisaran yang ketat. (ADF)

www.idxchannel.com Adalah Provider Penyedia Berita ini dengan Sumber Link Berita Asli

Semua Copyright dari Berita dimiliki oleh www.idxchannel.com & Untuk Request penghapusan berita & sumber dapat melalui admin@obligasi.com